Penjajahan di Atas Dunia Harus Dihapuskan

images (2)

Agaknya, kalimat ‘penjajahan di atas di dunia harus dihapuskan’ yang dipilih oleh Founding Fathers dalam alenia pertama Pembukaan Undang-Undang Dasar menjadi pilihan kata yang cukup berat. Berat dibaca, berat pula dalam pelaksanaan. Dengan kalimat ini, bangsa Indonesia tidak hanya dituntut untuk menyingkirkan imperialisme di tanah air sendiri namun juga ikut peduli dan memperjuangkan perdamaian di dunia. Karena penjajahan dalam bentuk apapun tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan.

Dilematis memang. Harusnya Sabtu pekan ini merupakan hari membahagiakan, karena di hari tersebut -68 tahun lalu- Indonesia resmi memproklamirkan kemerdekaannya. Setiap kita harusnya merayakan hari besar ini dengan senyum dan tawa kebahagiaan. Namun begitu kontras, sehari sebelumnya di sudut lain bumi ini malah ada bangsa yang menyatakan bahwa 16 Agustus 2013 merupakan Hari Berdarah. Ribuan (ratusan –versi pemerintah hasil kudeta) warga negara yang masih punya Hak Hidup dibantai, rumah sakit beserta pasiennya dibakar, mereka dibunuh dengan senjata militer yang canggih. Padahal mereka masih berstatus warga negara. Sama-sama rakyat Mesir. Maka, masih adakah alasan kita untuk utuh berbahagia merayakan kemerdekaan ketika saudara kita di tanah Mesir sedang ditimpa fitnah dunia yang begitu dahsyatnya?

“Ini murni urusan politik Mesir,  tidak perlu ikut campur,” beberepa pihak berpendapat. Ya, ini memang urusan politik. Tirani yang sebelumnya dijatuhkan, Mubarok, ingin kembali berkuasa. Terlihat dari pejabat-pejabat negara dan daerah pasca kudeta yang ternyata memiliki latar belakang pendukung Mubarok. Revolusi Mesir ingin kembali mereka nodai, kali ini dengan alat militer dan ribuan rakyat Mesir telah jadi korban. Setelah mengetahui fakta-fakta ini, akankah pernyataan kedua kita sepakati? Tidak perlu ikut campur?

Bukankah kita juga pernah merasakannya? 1998, demonstrasi menuntut reformasi yang menelan korban rakyat. Rakyat dijajah, dalam bentuk perampasan Hak Bersuara dan Hak Untuk Hidup. Harusnya kita berempati. Turut merasakan apa yang sedang mereka alami. (Atau mungkin kita sudah termakan slogan ‘Iseh Penak Jamanku to?’ hingga kita mengganggap Soeharto sang Tiran seolah malaikat bersayap). Harusnya kita memahami secara mendalam kalimat di pembukaan UUD negara kita tercinta:

“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.”

Penjajahan, dalam bentuk apapun.

 

Dwi Wulandari
Tulisan in juga dimuat dalam buletin Haska JMF