Kaum yang Dimuliakan dengan Islam

Islam diturunkan oleh Allah SWT sebagai Rahmatan Lil-Alamin (rahmat bagi seluruh elemen alam). Namun untuk menjadikannya benar – benar menjadi agama yang rahmatan lil alamain maka perlu pelaksanaan yang sungguh – sungguh dan menyeluruh (kaffah) terhadap syariat dan nilai – nilai islam.

Umar Bin Khattab r.a mengatakan “Kita adalah umat yang oleh Allah SWT dimuliakan dengan Islam, maka bagaimana pun jika kita mencari kemuliaan dengan yang lain, maka Allah akan memberikan kehinaan pada kita.” Dari perkataan beliau ini, sahabat Umar r.a begitu merasakan perubahan positif yang didatangkan oleh Islam. Islam datang bagaikan oase di tengah gurun pasir. Islam memuliakan dan mensucikan mereka. Mereka tidak rela mengganti islam sebagai jalan hidupnya dengan yang lain. Bagi mereka, jika mereka menginginkan kemuliaan selain dengan agama Islam maka yang akan mereka dapatkan justru kehinaan. Umar dan para sahabat mengerti betul bahwa jika bukan karena Islam mereka mungkin masih berada pada zaman kehinaan. Maka dari itu para sahabat, generasi yang pernah mengalami bagaimana pahitnya hidup tanpa islam, begitu menghargai islam setelah datang kepada mereka. Mereka Begitu mencintai agama islam. Menjaganya dengan baik dan mengamalkannya dengan penuh cinta dan kesungguhan, serta menyeluruh.

Kenapa para sahabat merasa begitu mulia dengan agama Islam? Untuk mengetahui jawabannya, maka kita perlu mengetahui keadaan para sahabat atau masyarakat Makkah sebelum islam sampai kepada mereka. Zaman sebelum islam datang kepada masyarakat Makkah dinamakan dengan zaman jahilliyah. Pada zaman jahiliyah kesyirikan begitu meraja lela di masyarakat Arab. Mereka sudah sangat melenceng dari agama Nabi Ibrahim yang lurus. Mereka beribadah kepada berhala – berhala yang menurut mereka dapat mendekatkan mereka kepada Allah swt. Banyak kepercayaan dan kebudayaan yang jauh dari nilai – nilai islam. Bahkan sahabat Umar ibnu khattab r.a, sebelum agama islam sampai kepadanya, sempat mengubur anak perempuannya yang masih bayi hidup – hidup lantaran adat dan kepercayaan masyarakat arab pada saat itu beranggapan bahwa perempuan adalah symbol kehinaan.

Kemudian islam datang kepada masyarakat Arab kota Makkah. Masyarakat Makkah yang memeluk islam berangsur – angsur menjadi sosok – sosok yang menginspirasi. Mereka tetap khas dengan karakter dan sifatnya yang unik namun perpegang pada prinsip islam. Sperti Abu bakar r.a dengan kelembutannya, Umar r.a dengan wataknya yang keras nan tegas, Utsman r.a yang pemalu, Ali r.a yang cerdas dan ceria, Abdurrahman ibnu Auf yang wirausahawan, dan para sahabat yang lain sebagainya. Masing – masing memiliki perbedaan dalam tipe kepribadiannya namun menjadi sosok – sosok penuh kontribusi terhadap agama masyarakat Islam. Mereka dijadikan oleh Allah mulia dengan agama islam. Mereka menjadi masyarakat yang beradab, tidak ada lagi budaya menghinakan perempuan, dan sebagainya.

Pada zaman sekarang ini, banyak di antara umat islam semakin meninggalkan nilai – nilai Islam. Bahkan ada yang anti terhadap Islam. Media pembenci islam sukses merusak citra Islam. Tanpa kita sadari, islam yang kita jauhi menjadikan kita tidak lagi berpegang pada nilai – nilainya yang luhur. Akibatnya, kita menjadi pribadi yang rapuh, pribadi yang mudah terombang – ambing pemikirannya. Praktik – praktik kejahiliyahan kembali dilakukan oleh umat muslim pada saat ini. Hanya bedanya, praktik kejahiliyahan terkemas dalam bentuk yang lebih modern sayangnya umat sekarang, yang mengaku umat modern, tidak lagi menyadari kejahiliyahannya. Mereka percaya terhadap ramalan bintang (horoskop), kaum perempuan kembali menghinakan dirinya dengan menampakkan auratnya, praktik – praktik kecurangan dalam berdagang, bahakan korupsi merupakan bentuk kejahiliyahan. Padahal hanya dengan berpegang teguh pada islam kita akan mendapatkan kebaikan di dunia dan di akhirat. kita akan menjadi umat yang mulia.

Marilah kita sebagai umat islam kembali meraih kemuliaan yang diberikan oleh allah swt dengan agama islam ini. Tentunya dengan kembali kepada ajaran agama islam yang lurus. Mengerjakan syariatnya dengan penuh kesungguhan dan menyeluruh. Kita adalah umat yang oleh Allah muliakan dengan islam, maka kalau kita mencari kemuliaan dengan yang lain maka Allah akan menghinakan kita.

(Handis)