PERUBAHAN ITU BERNAMA METAMORFOSIS

Ikwah fillah, sahabat tecinta,, beberapa hari lagi bulan Syaโ€™ban akan menyapa dan bulan Rajab akan mengucapkan selamat jalan kepada kita, itu artinya bulan suci Ramadhan semakin dekat, semoga Allah masih mencukupkan umur kita bercengkrama dengan berlipat gandanya pahala segala macam amalan dibulan ini. Aamiin
Sebuah cerita menarik dari kehidupan kupu-kupu, sahabat tahu kan kupu-kupu? Iya kupu-kupu, hewan nan cantik jelita, begitu indah dipandang mata. Sahabat tentu mengerti bagaimana proses metamorfosis hewan ini, dari telur, ulat , kepompong dan akhirnya berubah menjadi kupu-kupu. Proses yang ketika kita sadar menyerupai harapan yang Allah inginkan ketika kita berpuasa Ramadhan. Kok bisa? Yuuk lanjut baca ๐Ÿ˜€
Berfikir tentang ulat, mayoritas orang memiliki persepsi yang buruk tentang hewan ini, bagaimana tidak? Hampir segala sesuatunya tak ada yang bisa dibanggakan. Makanan ulat adalah daun yang memiliki rasa hambar, jalannya ulat begitu lambat, bulunya begitu ditakuti karena dapat menyebabkan gatal dan bentol-bentol, datangnya ulat kerumah kita dianggap sebuah musibah maka kita akan segera menyingkirkannya keluar, kitapun jijik dan geli ketika melihatnya bukan? Yah itulah nasib yang dialami ulat, penuh dengan keburukan, dan hanya ulat-uat yang tangguhlah yang dapat bertahan.
Allah memerintahkan si ulat berpuasa, iyakah? Entahlah, namun seperti itulah prosesnya, takdir yang memang harus dijalani ulat. Ulat mulai mempersiapkan diri membangun jaring-jaring pelindung diri, membungkus tubuhnya dalam kelonjongan kepompong, menaati takdirnya dengan sabar, berpuasa selama waktu yang telah ditentukan, berdiam diri dan tak lagi berinteraksi dengan terang gelapnya dunia, 14-16 hari menahan lapar, menunggu saat-saat indah itu datang, janji dan pertolongan Allah yang akan membalikan keadaan sebelumnya, memberinya kemuliaan dan kualitas diri. Bersabarlah dalam kepompong, hay ulat.
Sekian lama mengurung diri, waktu yang ditunggu pun datang. Indahnya makna kemenangan bagi si Ulat hadir. Geliat pertama saat cangkang kepompong mulai retak dan sedikit menerawang keluar mengintip keindahan dunia. Mungkin seperti dulu, seperti saat ulat menetas dari cangkang telur, tapi kali ini berbeda, si ulat telah bertransformasi menjadi kupu-kupu, punggungnya kini telah bersayap, segala macam keburukan yang dulu dipersepsikan oleh mahluk lain telah Allah ganti dengan persepsi yang baru, persepsi yang berkebalikan. Kini ulat berganti nama menjadi Kupu-kupu dengan segala macam kebaikannya, makanannya tak lagi hambar karena kini ia memakan sari madu bunga yang manis, jalannya tak lagi lambat karena kini ia telah bersayap dan terbang, bulunya menjadi lembut dan membuat setiap insan ingin menyentuhnya, menakjubkan karena kedatangannya kerumah manusia dianggap sebagai keberkahan dan mendatangkan rizki, kini ia begitu menyenangkan untuk dipandang. Inilah balasan dari Allah untuk si ulat berkat puasa yang telah ia jalani. Namun yang perlu kita ketahui bahwa ternyata tak semua ulat berhasil melewati tahap kepompong, ada diantara mereka yang gagal dan mati tak berdaya, tak legi utuh dan tak dapat keluar dari sarang kepongpong. Entahlah, apa maksd semua ini mungkin dia telah melanggar takdir Allah sehingga Allah membalasnya demikian, wallahuaโ€™lam.

Bagaimana dengan kita sebagai manusia? Apa yang bisa disamakan dengan kupu-kupu? Sesungguhnya ada kesamaan antara puasa kita dibulan ramadhan dengan puasa ulat dalam kepompong. Bukankah kita sudah familiar dengan firman Allah yang berbunyi:

…ูŠูŽุง ุฃูŽูŠูู‘ู‡ูŽุง ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ุขู…ูŽู†ููˆุง ูƒูุชูุจูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูู…ู ุงู„ุตูู‘ูŠูŽุงู…ู ูƒูŽู…ูŽุง ูƒูุชูุจูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ู…ูู†ู’ ู‚ูŽุจู’ู„ููƒูู…ู’ ู„ูŽุนูŽู„ูŽู‘ูƒูู…ู’ ุชูŽุชูŽู‘ู‚ููˆู†ูŽ

โ€œWahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian untuk berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa. , , , , ,โ€ (QS.Al-baqarah:183)

Sama halnya dengan transformasi ulat menjadi kupu-kupu dengan sebuah proses mengurung diri dalam kepompong, pada hakekatnya proses berpuasa manusia pada bulan Ramadhan pun mempunyai arti yang sama yakni untuk menaikan grid keistimewaan kita sebagai seorang mukmin. Didalam tafsir ibnu katsir dijelaskan bahwa melalui ayat ini Allah Swt berfirman kepada orang-orang mukmin dari kalangan umat ini dan memerintahkan kepada mereka berpuasa, yaitu menahan diri dari makan dan minum serta bersenggama dengan niat yang ikhlas karena Allah Swt. Karena didalam berpuasa terkandung hikmah membersihkan jiwa, mensucikannya serta membebaskannya dari endapan-endapan yang buruk (bagi kesehatan tubuh) dan ahlak-ahlak yang rendah.

Puasa adalah sebuah proses menempa diri, menjadikan jiwa dan raga kita terjaga dijalan Allah, dimana orang-orang mukmin sebagai masukan dan pada akhirnya menjadi orang-orang yang bertakwa sebagai hasil dari proses yang dijalani orang mukmin selama satu bulan.

Tak semua berhasil menjalani proses ini, hanya orang-orang yang mampu mengikuti aturan main yang telah Allah tentukan saja yang mampu bertahan dan meraih kemenangan yang sesungguhnya, yah meraih title tertinggi yakni mutaqin. Orang yang berhasil dalam puasanya pasti akan mengalami perubahan, terlebih perubahan secara sikap dan perilaku serta ketakwaan kepada Allah. Ketika hasil yang didapat tidak ada peningkatan maka bisa jadi kita telah gagal menjalani proses metamorfosis ini, kita perlu mengevaluasi dan bermuhasabah, karena tidak seperti ulat yang akan mati dalam kepompong ketika gagal menjadi kupu-kupu tapi kegagalan itu akan tercermin dari perubahan jiwa dan diri kita apakah kita akan semakin dekat dengan Allah atau sama saja bahkan kembali ke kehidupan yang kotor seperti saat sebelum berpuasa. Maka ketika diibaratkan mukmin itu sama halnya seperti ulat, puasa ramadhan sama halnya seperti ulat yang berpuasa didalam kepompong dan mutaqin sama halnya seperti keberhasilan menjadi seekor kupu-kupu nan cantik menawan.

Mari sahabat, kita persiapkan diri menyambut bulan yang penuh berkah ini dengan persiapan yang matang, teringat kata-kata seorang Ustadz dimana beliau mengatakan bahwa Syaโ€™ban adalah bulan mengasah pedang (persiapan), Ramadhan adalah bulan peperangan dan Syawal adalah bulan kemenangan. Tentunya ungkapan ini bukan tanpa alasan karena memang pada dasarnya bulan Ramadhan adalah bulan peperangan kita dengan hawa nafsu kita sendiri, dan yang perlu diingat adalah didalam peperangan hanya ada dua kemungkinan yakni menang dan kalah, ketika kita memang mampu berperang dengan sungguh-sungguh pastinya kemenangan tak akan segan menghampiri kita, jangan sampai kita gugur dimedan pertempuran dan membiarkan nafsu yang memenangkan pertempuran ini, ayoo mengasah pedang dan teriakan ALLAHU AKBAR !!!!!

Wallahuaโ€™lam

oleh FGA