Karya Peserta IJF

Penulis                 : Titik Nur Istiqamah
Nama Pena         : Titilanduz

 

“Menjadi penulis itu harus terbiasa dengan sepi, sebab menjadi penulis itu nggak ada cheerleaders yang akan selalu mengoprak-oprak kita untuk menulis. Ayo nilis ! Ayo semangat ! itu tidak aka nada.” – Pak Fatan Fantastic

Sampai kalimat itu diucapkan, saya terhenyak . saya merasa disadarkan akan kekonsistenan saya untuk menulis. Belum selesai saya merenungi diri sendiri, saya ditampar lagi dengan kata-kata yang lain

“Orientasi untuk menulis sudah benar, belum?”

“Sudah memiliki niat nulis untuk Allah, belum? Atau jangan-jangan niatnya hanya untuk diterbitkan? Padahal kalo kita niat menulis karena Allah, Allah akan membuka jalan-jalan keberhasilan yang lain. sehingga hal-hal seperti diterbitkan, dapat royalty, terkenal, dan bukunya best seller itu hanya sebagai konsekuensi yang lain. tapi jika orientasinya hanya untuk diterbitkan, kamu hanya akan dapat itu saja. Dan kamu mungkin tidak mendapatkan cinta Allah.” Lanjut pak Fatan. Menghipnotis seluruh peserta di Islamic Journalist Festival.

Kali ini saya tersenyum. Entahlah senyum apa ini. Saya merasa banyak sekali yang perlu diperbaiki, luruskan niat, luruskan niat untuk menulis. Ah jadi inget hadits ini : “Innamal A’malu binniat”. Sudah siap, tik? Menjadi penulis yang orientasinya untuk allah saja 🙂 .

 

Penulis                 : Nur ahya
Nama Pena         : Nur ahya

 

Masih kuingat saat pertama kali masuk ke salah satu kelas di pojokan SD Muhammadiyah Bodon. Sangat gaduh rasanya. Suaraku yang terlalu keras ini cukup sulit menjangkau perhatian seluruh siswa, apalagi gerombolan siswa putra yang sangatlah bandel. Berlarian kesana kemari, naik ke meja dan memukul-mukul meja adalah hal yang biasa. Sampai aku mulai lelah untuk mengatasi geng putra BSC Level 1 itu. Oya belum aku sebutkan ya, BSC itu Bodon Sains Club yang menjadi salah satu ekstrakulikuler di SD itu. Kembali ke cerita, akhirnya terlintas pesan seorang kawan bahwa anak-anak atau siswa itu sangatlah senang apabila namanya disebut. Itu menandakan bahwa anak itu diperhatikan.

Nah, hari kedua aku mengajar dikelas itu, akupun berusaha untuk menghafalkan nama-nama geng putra BSC level 1. Aku pilih menghafalkan mereka dahulu karena mereka yang paling suka “mencari perhatian”. Akupun hari itu hafalnama mereka, tentu dengan upaya yang cukup keras. Perjuanganku ternyata tidak sia-sia. Sangat mengagumkan, mereka yang awalnya cuek dengan eksperimen ang aku sampaiakan, hari itu mereka yang bertahan paling lama untuk belajar. Entahlah, aku hanya tersenyum melihat mereka.

 

————————————————————————-

AKU KUAT UNTUK IBUKU

Oleh : BEKTI YUANANINGSIH

Berjalannya waktu membuat aku mengerti sebuah arti kehidupan kehidupan yang pahit ataupun manis. Aku termenung dalam sudut ruangan, menyadari dan memikirkan apa yang sedang terjadi dalam diriku. Kegoncangan batin menggoyahkan dinding kalbuku. Tiba-tiba lamunan dan perang batinku terpecahkanoleh suara Ibuku tercinta.

“dok..dok..dok…,”(suara ketukan pintu kamarku).

“nduk, buka pintunya. Ibu ingin bicara sebentar”

Dengan cepat aku bangkit dan mengusap air mata, dan merapikan diri seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

“ada apa bu?”(Tanyaku).

“ibu ingin membicarakan masalah keluarga kita, ibu sadar nduk dalam masalah keluarga kita ibu yang salah. Ayahmu pergi dan adik-adik mu yang masih kecil membuat ibu semakin tidak kuat menahan beban keluarga kita” jawab Ibuku.

“sabar ya bu, insyaallah Allah SWT memberikan jalan. Apakah aku berhenti kuliah saja bu?”. Tanyaku kepada Ibuku dengan suara menahan tangis. Aku tidak kuasa melihat air mata yang keluar dari pelupuk mata beliau. Beratnya kehidupan yang harus dipikul ibuku sendirian.

“jangan nduk. Ibu masih kuat membiayai adik-adikmu dan juga kamu. Ibu akan berjuang nduk, semoga Gusti Allah memberkahi.”jawab ibuku.

“Tapi ibu, aku ingin membanatumu”

Tanpa berkata apapun ibu dengan cepat memelukku.

——————————————————————————————————————

INSYAALLAH ADA JALAN

DWIS RIYUKA

“insyaallah….insyaallah…insyaallah… ada jalann…”

Lagu Maher Zain tengah diputar oleh panitia. Dan..ulala…benar!

Allah maha pemberi jalan. Sebuah buku karya Fadil ….(siapa ya nama lengkapnya?) Akhirnya ada di tangan. Berkat perpanjangan ’tangan’ Allah bernama Tya Martiah, adik angkatan di organisasi yang kami tekuni, buku itu bisa ku beli. Ditambah tanda tangan langsung dari penulisnya. Masyaallah… senangnya. Sebuah jejak tangan penulis buku itu di sampul muka. Semoga barokah ilmunya yang ia sampaikan di seminar ini.

Disadari atau tidak, Allah memanga maha pemberi jalan. Untuk ikut seminar inipun Allah sudah memberi jalan. Dan saya sedang merasa Allah membuka jalan untuk saya menekuni kembali hobi menulis. Sejak sebulan lalu, Allah memberi saya jalan masuk forum menulis yang bernama Forum Lingkar Pena. Disana kami diajakan tentang 3 pilar Forum Lingkar Pena. Keislaman, kepenulisan dan keorganisasian. Selama mengikuti 2 hari pdkt dan empatik, saya ditampar hingga sadar bahwa menulis itu untuk berdakwah. Ya berdakwah, sebuah grand purpose yang belum terlintas sebelumnya oleh saya. Sebelumnya blog yang saya tulis memang ku bubuh tagline “Berkisah Menyampaikan Hikmah”. Sederhana, aku hanya ingin tulisanku kelak bermanfaat dengan hikmah. Tapi belum berdakwah. Belum.. namun setelah itu aku sadar, bahwa jika kita menolong agama Allah, Allah akan menolong kita.

Dan jalan selanjutnya adalah dua hari ini, Islamic Jurnalist Festival yang juga menamparku untuk kesadaran yang sama. Subhanallah ada udang di balik batu, eh maksudku ada rencana-Nya di balik semua ini. Semoga di istiqomahkan. Waktu habis…

——————————————————————————————————-

Sepenggal Cerita Yogya Istimewa

(oleh Al Karimah)

 

Aku, masih menyapa Yogya, kota seribu cerita, kota yang memberiku sejumput makna, makna cinta dari Sang Pemilik Cinta. Hariku kian berwarna, kesekian aku mengamatinya, kesekian aku menggenggamnya, kesekian kali setelah aku melafalkannya. Ya…Kalam. Kalam suci-Nya. Di Yogya-lah aku kembali menemukan kepingan-kepingan cahaya itu, di sini aku dipertemukan dengan manusia-manusia yang mengadukan cipta, rasa, dan karsa pada Sang Pencipta.

 

Terhitung September 2015, aku mulai menemukan tetesa-tetesan embun yang penuh kesejukan. Bi idznillah, Dia melangkahkan kakiku pada tempat yang mengantarkanku melihat gumaman maupun seruan menyebut asma-Nya. Ya…merekalah gadis-gadis cantik nan sholehah yang senantiasa mengantarkanku pada situasi dimana ku menemukan binar-binar cahaya-Nya. Sebelum fajar menyingsing disetiap pagi, selalu ada suara nan lembut menggetarkan telinga dan menggugah simpul saraf otak untuk memerintahkan tubuh ini beranjak dari dipan tempat tidur. “Qiyamul Lail, sayang” seolah menjadi reminder dan nada alarm terindahku setiap pagi.

Sepele bukan, tapi sepenggal kisah aku temukan di Yogya Istimewa.

 

(ditulis ulang oleh Alifah Elfmi Fajrina)

 ———————————————————————————————————

Malu Kucing

(oleh Uni Sholiha)

 

Allah menciptakan makhluk sungguh berbagai rupa. Ada suatu malam, dimana saya dan teman-teman kampus berkesempatan makan ikan bakar di Jogja. Di tengah tenangna suasana malam yang setengah gerimis itu, nampak hadir sesosok makhluk. Putih dan sangat lucu, bola matanya tajam seakan ada 1 titik yang membuatnya mendekat dan tak kunjung menjauh.

 

Awalnya aku tak acuh dengan kehadirannya. Tapi kau tahu kawan, suaranya sangat lembut, dan rupanya sedikit mengiba mulai mengusik kenikmatanku. Kucoba memalingkan picik mataku dari piring beserta lezatnya sajian ikan bakarku, ke arah sumber suara mengiba itu. Aku kasih tahu rahasianya ya, biar seakan-akan dia tak tahu kita memperhatikannya. Hehe. Berpalinglah dengan muka yang seakan-akan cuek. Eits, tapi ternyata tak nampak darinya perasaan malu atau lebih cenderung putus asa.

 

Posisinya tetap sama, pun suaranya masih mengiba. Kucoba paksakan gerakan simpul-simpul sarafku untuk mengambil sebagian rejeki kami untuknya. Ya, kuambil sedikiiit saja bagian kami, lalu kuarahkan pada satu tempat. Dan kau tahu kawan? Bagian yang hanya sedikit itu, ia sambut dengan penuh semangat. Ia berlari mengejarku, mendekatiku dan meminta apa yang kubawa. Kulempar untuknya dan iapun melahap dengan percaya diri.

 

Beberapa menit kemudian, ia datang kembali. “Pasti dengan niat yang sama!” kata batinku. Aku tak mau berkelahi dengan batinku yang tak berdosa. Aku hanya terpaku dan melakukan hal yang sama dengan yang pertama. Ia pun beranjak kembali, masih dengan suara mengiba, dan melakukan action yang sama. Tahukah kau, siapa dia? Kucing!

 

(ditulis ulang oleh Alifah Elfmi Fajrina)

————————————————————-

Sudah Bersyukur Hari Ini?

Oleh: Annisa Suminar

 

Alhamdulillah ya rob, kau masih memberi kesempatan padaku untuk bernafas pagi ini, bisa berdiri tegak dan bisa berjalan dibumiMu. Sungguh berbagai kenikmatan yang Kau curahkan ini, banyak yang tak sadar untuk menyukurinya.

Maka nikmat Tuhanmu yang mana yang kau dustakan? (QS. Ar-Rahman:13). Sungguh firman Allah tadi pengingat kita yang sering melupakan nikmat-Nya. Baik nikmat hidup atau nikmat lainnya yang Allah karuniakan kepada kita.

Cobalah kita berfikir sejenak dengan melibatkan akal, logika, dan hati kita. Jika tadi pagi Allah mencabut kenikmatan penglihatan yang ada pada diri kita, mungkinkah kita bisa melihat mentari pagi ini? Atau jika pagi tadi Allah mengurungkan nikmat pendengaran kita, akankah kita mendengar percakapan orangtua kita pagi ini? Jika tadi pagi Allah luluhkan kenikmatan tegaknya kaki menopang tubuh kita, akankah kita bisa melangkah menuju tempat yang kita tuju?

Maka dari itu sobat, merenunglah dan bermuhasabah dirilah, apakah kita sudah bersyukur kepada Allah setiap harinya? Ataukah kita hanya sibuk dengan urusan dunia dan mengeluh dengan segala beban masalah yang menimpa kita, lalu menilai Allah tidak adil? Astagfirullah, mari beristigfar sobat. Memohon ampun atas segala prasangka yang kita tujukan pada Allah, memohon ampun atas khilaf yang kita lakukan.

Mari biasakan diri untuk terus berucap Alhamdulillah disetiap helaan nafas kita, disetiap hentakan kaki kita, disetiap kedipan mata kita, disetiap decakan lidah kita. Agar kita menjadi hamba Allah yang selalu bersyukur dan bersabar atas apapun ketetapan Allah.